Laman

Salam Sejahtera

Resensi Buku Ngarto Februana

Nama :Eka Ilman M
Kelas : 3kb03
Npm  : 22110274 

Pengarang : Ngarto Februana
Judul : Menolak Panggilan Pulang
Tahun terbit : 2000
Isi : (xviii + 207 halaman
Penerbit : Media Pressindo,
Cetakan : pertama, Juli 2000
Keunggulan :
1. memberi nilai lebih Positif terhadap suatu kebudayaan.
2. Tampak Jelas Penguasaan tentang rimba yang di tulis oleh penulis
3. Menampilkan konlik-konflik yang sangat dramatis
Kekurangan :
1. Pemakaian bahasa yang tidak dapat di mengerti
2. Proses budaya dalam diri yang agak tidak di bahas oleh penulis
Sinopsis :
Novel ini bercerita tentang kisah manusia di Loksado, suatu wilayah yang dihuni oleh suku Dayak Meratus (ini meminjam istilah Anna Tsing). Letak arkaisnya masyarakat yang menghuni digambarkan dengan daerah pedalaman yang kurang bersentuhan dengan budaya luar, penduduknya masih memeluk autocthonous religion, kepercayaan setempat, yang manifestasinya adalah penghormatan kepada roh-roh.NOVEL dibuka dengan pemaparan mengenai sakitnya Utay, calon pengganti kepala suku, dan tatkala berhasil disembuhkan oleh penghulu toh penghulu tetap berduka. “Malapetaka akan datang, As,” seru sang penghulu kepada Asui, salah seorang penghuni balai (hal 10).
Lalu datanglah masa ketika Utay menerobos halangan kultural karena dialah satu-satunya anak suku bukit-begitu orang luar menyebut mereka- yang bersekolah sampai SMA (sekolah menengah atas). Dan dialah satu-satunya anak suku bukit yang bersekolah hingga setinggi itu; di kota lagi. Bagaimana sang ayah tidak bangga melihat calon penggantinya pintar di atas rata-rata, ditambah lagi pandangan masyarakatnya yang melihatnya bagai seorang titisan dewa (hal 65).
Namun, di sinilah justru masalahnya timbul. Utay mengalami cultural shock, guncangan budaya. Ia yang semula hidup di balai yang tidak mengenal pemisahan ruangan bagi keluarga-keluarga, kini menempati privacy-nya dengan kamar yang dihuninya sendiri.
Budaya luar yang diperoleh di kota membekali Utay untuk menafsirkan pandangannya maupun mengekspresikan naluri alamiah kemudaannya yang semakin menggelora, lepas dari kungkungan hukum adat dan moral religius tempat dari mana ia berasal. Ia mulai diganggu oleh dorongan dari dalam, berdekatan, berciuman, meremas-remas buah dada.
Demikian pula sewaktu ia diajari ayahnya mantra-mantra penolak bala sebagai persiapan menjadi kepala suku, Utay sering berkata, “Emm, maaf, ulun (saya) lupa,” kalimat yang menandakan rasa tidak respek.
Pamali dan tabu pun dilanggarnya. Ia bawa budaya kota dengan memperlakukan Aruni (protagonis kedua), bunga desa dan dewi cahaya bagi masyarakatnya, calon pendampingnya kelak saat menduduki kepala suku, ke dalam asyik-masyuknya gairah dan hasrat seksual, dari berciuman hingga lanjutannya, di sela-sela pepohonan, di antara gemericiknya Sungai Amandit, wilayah bersemayamnya para dewa yang siap menjatuhkan kutukan.
Selanjutnya melalui sosok Utay dan Aruni, Ngarto melanjutkan jalinan dan perbenturan antara budaya luar dan budaya suku bukit tersebut. Di satu pihak Utay merepresentasikan budaya kota, dan akhirnya menjadi pegawai perusahaan perkayuan, dus wakil bagi kepentingan perusahaan HTI (hutan tanaman industri) yang siap merambah dan memperluas industri perkayuan modernnya dengan alat-alat canggih. Kalaupun ada keinginan memajukan kaumnya, ia selalu memakai bahasa-bahasa yang sarkastis, seperti “primitif”, “terbelakang”, “tidak bisa diajak maju,” serta istilah yang tidak dimengerti mereka.
“Ini menguntungkan kita, Ayah” (hal 131), katanya ketika ia memperkenalkan kayu sengon sebagai upaya mengganti ladang berpindah yang telah ratusan tahun menjadi ciri kehidupan ekonomi, ekologi yang dibalut oleh kosmogoni dan mitologi suku Dayak. Lain halnya Aruni, ia merepresentasikan seorang pendidik yang sabar untuk mentransformasikan adat-istiadat setempat.
Simaklah kata-kata Aruni yang cerdas-bernas-patriotik, “Saya putri penghulu. Saya sudah bertekad untuk mengabdi kepada suku Bukit dengan kemampuan saya yang terbatas ini. Demi kesejahteraan suku Bukit.” (hal 62).
Atau dengan ungkapannya, “Saya mengakui bahwa perubahan pola hidup menuju yang lebih baik tanpa meninggalkan kearifan itu perlu sekali. Sekali lagi, tanpa menghilangkan kearifan. Maaf, sejauh yang saya tahu, dari pengetahuan saya yang terbatas ini, masuknya industri perkayuan, perusahaan HPH, HTI, dan industri penambangan di beberapa wilayah Kalimantan ini telah menghilangkan kearifan adat. Juga terkikisnya tatanan kehidupan asli sebagai pedoman hidup sejak ratusan tahun yang lalu.” (hal 137).
Aruni memang lebih bisa menyatu dengan lingkungannya, dan ia pun mendapat kehormatan yang tinggi sebagai calon balian, balianperempuan untuk pengobatan tradisional yang kelak akan bisa berhubungan dengan alam petilarahan, alam roh.
Sumber :
http://miftahurrahman99.blogspot.com/2013/06/resensi-buku-ngarto-februana.html
http://www.oocities.org/ngartofebruana/novel-lorong.htm

 Eka Ilman M
 22110274

 

resensi novel laskar pelangi



Perjuangan Anak Tanah Belitong

Judul Novel     :  Laskar Pelangi “new edition
Penulis            :  Andrea Hirata
Halaman         :  xiv, 534 halaman
Penerbit          :  PT. Bentang Pustaka
Tempat terbit  :  Jln. Pangdega Padma 19, Yogyakarta
Tahun terbit    :  cet.2 ,September 2011
Ukuran buku   :  - Panjang      ;  20,5cm
-  Lebar        ;  12,8cm


Novel ini karya pertama Andrea Hirata yang diterbitkan oleh bentang pustaka cetakan pertamannya dicetak pada tahun 2005 di Yogyakarta. Novel setebal 534 halaman ini sempat mengalami penambahan halaman dari 529 menjadi 534 halaman, dan novel laskar pelangi ini sering dipergunakan untuk bahan pidato pengukuhan guru besar, tesis, desertasi, hadiah ulang tahun, bahkan menjadi mas kawin mendampingi al-qur’an. Tidak heran jika novel tersebut dapat mencapai mega best seller di indonesia dan bahkan mencapai best seller di malaysia. Hal itu termasuk sangat luar biasa karena ditulis dari seorang yang tidak berasal dari lingkungan sastra ditambah lagi novel tersebut sama sekali tidak sejalan dengan trend pasar yang ada pada saat itu.
            Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi atau gabungan dari 4 karya berbeda, buku kedua Sang Pemimpi berikutnya Edensor dan Maryamah Karpov. Tetralogi Laskar Pelangi pertama itu hingga saat ini telah beredar di 22 negara dalam 19 bahasa, dan menjadi novel Indonesia pertama yang diterbitkan oleh penerbit kelas dunia FSG yang merupakan penerbit terbaik di Amerika Serikat. Novel ini juga telah menginspirasi jutaan orang  Indonesia, dan banyak pula yang mengadaptasinya menjadi berbagai seni lainnya, seperti film, lagu, drama musikal.
            Alur yang digunakan dalam novel ini alur maju, karena dalam cerita tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama, karena penulis sebagai tokoh utama yang berperan sebagai Ikal.
            Gaya bahasa yang digunakan Andrea Hirata adalah bahasa Indonesia namun tidak jarang kita jumpai bahasa daerah yang tempat kejadiannya adalah Bangka Belitung yang belum meluas bahasanya.
            Kisah dalam novel Laskar Pelangi diawali ketika sekolah Muhammadiyah terancam dibubarkan oleh Depdikbud Sumatra Selatan, karena dalam 1 kelas tidak memenuhi kuota yang telah ditetapkan yaitu 10 anak. Saat itu baru 9 anak yang baru menghadiri upacara pembukaan kurang 1 anak, namun ketika pak Harfan sang kepala sekolah, hendak menyiapkan pidato akan menutup sekolah. Disaat yang mendebarkan itu datang lah harun dan ibunnya, seorang anak berusia 15 tahun yang keterbelakangan mental ia telah menyelamatkan nasib sekolah Muhammadiyah karena jumlah siswanya menjadi 10 anak. Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka, mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan dengan pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong malah cengar-cengir ketika ditanyai namanya oleh Ibu Mus, pemilihan ketua kelas yang diprotes kucai, harun yang selalu menanyakan kapan libur lebaran, ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80km pulang pergi dari rumah kesekolah. Laskar Pelangi adalah nama yang diberikan Bu Muslimah kepada 10 anak sd Muhammadiyah karena kesenangannya terhadap pelangi yang sempat mengharumkan nama sekolah tersebut dengan cara. Memenangkan beberapa lomba seperti karnaval 17 Agustus sebagai pembalasan dendam Mahar terhadap kawan-kawannya karena selalu dipojokan dengan tarian yang ia ciptakan, dan kejeniusan luar biasa lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Sebelum itu anggota laskar pelangi bertambah 1 orang yaitu seorang gadis tomboy dari keluarga kaya raya, ayahnya seorang berpendidikan tinggi dan memiliki pengaruh pada suatu perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong namannya adalah Flo. Laskar pelangi mengarungi hari hari menyenangkan, tawa, dan menangis bersama. Kisah sebelas kawan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnnya. Dan kisah indah ini diringkas dengan lucu dan mengharukan oleh Andrea Hirata.
            Tokoh utama dan juga sifat para tokoh di novel laskar pelangi aku sebagai Ikal bersifat tidak mudah putus asa dan tegar, ayah Ikal bersifat baik hati, dan bijaksana, Pak K.A Harpan Noor bersifat baik hati, ramah dan sabar, Ibu Muslimah bersifat sabar, baik hati, dan penyanyang, Lintang bersifat pantang menyerah dan cerdas, Mahar bersifat kreatif, imajinatif dan cerdas, Trapani bersifat manja dan cerdas, Kucai bersifat hiperaktif, susah diatur, dan banyak bicara, sahara bersifat keras kepala, cerdas dan baik hati, A kiong bersifat baik, dan sedikit aneh, Harun bersifat baik tetapi agak autis, borek bersifat nakal dan susah diatur. Amanat dari novel ini adalah janganlah menyerah, hiraukan orang yang menggangumu, teruslah berjalan jika menurutmu itu benar, dan dengan sekolah bersungguh sungguh lah cita cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.
            Hal yang menarik dari cerita ini adalah hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan novel tidak berbelit belit, kita dapat mengetahui perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit. Selain itu buku ini juga memiliki kelemahan dari segi penggunaan nama nama ilmiah dalam cerita-ceritanya hal ini membuat pembaca kurang nyaman dalam membaca apalagi glosarium terletak dibagian akhir. Hal ini menambah ketidak praktisan dalam memahami istilah istilah ini, selain itu imajinasi pembaca dapat terhambat jika mereka tidak memahami istilah tersebut, dan dalam cerita tersebut sedikit membuat pembaca bingung karena tidak adanya keterangan waktu ditiap tiap peristiwa itu terjadi, meskipun demikian cerita ini tetap memikat dan penuh dengan memotifasi para pelajar untuk belajar dengan serius.